Dari putik menjadi bunga, dari bunga menjadi buah..,Raja segala buah, di nobatkan berkurun lama, ditakhtakan oleh setiap pengemarnya, di agungkan ketajaman durinya, di gemilangkan kewujudannya, di terbilangkan jenis keturunannya, di daulatkan baunya, di beritakan musimnya, di resepikan pelbagai gaya, rupa dan rasa....Di asamkan supaya tahan lama, di gilis dan mengilis buah Timun yang akan menjadi mangsa, itulah antara kelebihannya. Berputik bunganya tidak di pucuk dan daun, bunga mencolot/tumbuh pada dahannya, dan terkadang pada batangnya, jarang sekali pada rantingnya, sudah tentu keajaiban kejadiannya adalah kerana pucuk dan ranting tidak mungkin akan bertahan kuat untuk menjadi pautan Raja Buah untuk membesar ranum.
Setibanya musim bunga, Si Kumbang akan merapatinya, Sang Kelicap menghidunya, Si Lebah bermesra dengannya, Sang Tupai menunggu hasilnya pendebungaannya. Beribu jenis burung, berjuta jenis serangga menyumbangkan tenaga bekerjasama memastikan bunga Si Raja Buah tidak lekang dek panas yang berdering-dering(terlalu panas) tak lapuk dek hujan yang mencurah-curah tidak ketentuan musimnya, seperti juga musim pendebungaannya, yang menghasilkan benih yang baru menyambung martabat sebagai Raja segala buah,,Kerjasama ini memastikan rasa Raja buah cukup masinnya, sederhana manisnya dan tangi baunya. Tanpa sentuhan Si Lebah mungkin manisnya menjadi payau, tanpa paruh Sang Kelicap mungkin masinnya tidak rata....Yang pasti tanpa Sang Kumbang sudah tentu bunga Raja Buah tiada pasangannya,...Menguntum bunga tidak berbuah seandainya tiada Kumbang yang ingin mendekatinya...Kumbang seekor belum tentu berbaka andai bunga tiada madunya.
Berminggu-minggu menguntum hasil putiknya, Raja buah akan memutikkan buah, yang belum ada isinya, tidak kuat durinya, tidak kukuh tangkalnya. Sekali lagi pembesaran buahnya bergantung kepada cuaca dan berharap agar Sang Tupai sabar menunggu hasilnya. Kekuatan buahnya berpaut pada dahan memerlukan karbon dioksida yang di serap oleh daunnya agar tangkal teguh membesar, memegang buahnya agar tidak gugur tanpa isi...., Mengharapkan akarnya menjulur ke tanah menyerap air dan segala garam galian yang menajamkan dan menguatkan durinya agar isinya dapat di jaga dan di lindungi sehingga ianya masak ranum dan tidak kerang/keras isinya. Pucuknya menjulang menadah panas matahari untuk menghasilkan klorofil yang boleh mencerna baja-bajaannya dan melindungi Raja Buah agar tidak masak layu lalu terbebaslah olehnya sedawa/sendawa yang mengandungi Oksigen keperluan khalifah muka bumi.
Berbulan berganti, Raja durian membesar nampak sedang elok manisnya, sedang elok di masak manis dan buburkan..,Terkadang sedahan durian menampung berbelas mau pun berpuluh biji luarnya, namun tidak mustahil seulas, sepangsa bijinya yang membolehkannya biji menjadi benih diputera atau diputerikan, tetapi lumrahnya Raja Buah tidak seperti Rambutan yang jantannya berbunga namun tidak berbuah. Sang Tupai mula mengipong/mengigit duri-durinya yang semakin mengeras, agar baunya dapat di hidu oleh burung dan serangga lain yang berkerjasama mengacukkan bunga-bunga menjadi buah, bagi menghebahkan berhasilnya gotong royong/berderau. Musim ini, perlu di hebahkan kepada serangga dan burung, agar semuanya merasa sebelum buahnya gugur ke bumi, dan akan di sondol Babi di kerkah Rimau. Agar buruknya terbuang setelah tangkainya lekang tidak berdaya menampung keberatan isi Raja Buah yang lehek/lembik keranuman....Dan gugur satu persatu menjadi habuan manusia, tanpa mengira usaha serangga dan burung yang berusaha membunga, memutik dan membuahkan Raja Buah.
Musim ini bagai pesta pada Raja Buah.Lesih bersih naungan bawah pohon durian di bersihkan, dentuman gugurnya di nantikan,,,Babi di herdik, Rimau di tempik, Tupai di lastik,.Burung di halau terbang mencicit, Nyamuk, Lebah, Kumbang di asapi dengan dengan Takoi(Cebisan kain batik yg di pintal dan di bakar) matanya perit...Tuan tanah yang tak bergran yang cerdik, mengumpul, mengutip(Menggampong) agar setiap peluh yang tertitik, mendapat hasil gugur jatuhnya Raja Buah tapi tak sakit. Dimana saja kelibatnya kelihatan, Raja Buah yang dulu hanya setahun sekali bermusim dapat di rasa di bandar dan desa...Baunya di sebarkan, rasanya di nikmatkan...Namun sudah pasti musim itu, harus di tunggu...bukan seperti menunggu bulan yang tak gugur ke riba,,,Ianya pasti gugur dan mudah-mudahan tidak runtuh.. "Andai durian sokmo/selalu runtuh" habislah dahannya, luka lah batangnya, kuranglah buahnya...Andainya runtuh berjoho-joho(bertaburan), terkadang belum ada isinya, belum manis di buat bubur, tidak masam di buat tempoyak,Belum ada pangsanya yang boleh di takungkan air dan minum darinya agar kepanasan aura Raja Buah tidak menyebabkan demam tak kebah. Mengharap durian runtuh sama seperti mengharap yang pepeh datang melayang, yang bulat datang bergolek, mungkin di ajar menunggu runtuhnya durian dan bukan gugurnya...Tapi lumrah Raja, memberi pada yang tiada, mencuri tidak sekali.
Gugur durian gugur nangka,
Jatuh terhempap pohon delima,
Bangsa Melayu pandai menjala,
Jangan di tunggu ikan percuma.